Negara negara maju seperti Eropa telah memiliki cakupan vaksinasi Covid 19 hingga 90 persen. Namun, kondisi ini tidak menjamin sepenuhnya dapat terhindar dari situasi yang mengancam. Hal ini diungkapkan oleh Pakar Epidemiologi Griffith University, Dicky Budiman. Kenapa demikian? Karena menurut Dicky faktanya, kematian masih tinggi.
Indonesia saat ini telah memiliki modal imunitas dari vaksin Covid 19 yang sudah disuntikkan ke masyarakat sebesar 60 persen untuk dua dosis. Upaya ini baik, tapi belum bisa berpuas diri karena belum kategori aman. "Sehingga itulah tidak bisa mengandalkan vaksinasi saja. Tapi terus memperkuat deteksi dini, termasuk 5M nya, meksipun gak seketat sebelumnya," kata Dicky menambahkan. Sekarang, selagi vaksinasi dosis penuh, satu ruangan dengan orang lain kurang 15 menit, memakai masker, bukan lagi terhitung kasus kontak. Apa lagi jika memiliki jarak.
Hal ini bisa terjadi karena ada perubahan situasi. Bukan hanya sekadar aspek pelonggaran. Tapi dengan adanya asumsi ilmiah yang kuat. Di sisi lain Dicky mengingatkan yang terpenting adalah memperkuat mitigasi. Ingat, penyakit ditularkan oleh udara, termasuk sebagian kecil lewat sentuhan permukaan benda atau lainnya.
Oleh karena itu perlu adanya perbaikan di sekitar lingkungan. Dimulai dari sirkulasi udara yang baik, itu menjadi penting. Selain itu jangan lupakan sanitasi. "Semua ini ada atau tidak ada Covid 19 harus ditingkatkan. Artinya jika kita keluar dari fase krisis Covid 19 ini, maka meningkatkan kualitas kehidupan pribadi dan lingkungan, harus dipilih dan diambil setiap negara," pungkasnya.